إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ.
وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
Jama’ah Jum,Ah
Rohimakumullah
Bila
kemuliaan, bila kekayaan yang dijadikn ukuran adalah kaca mata manusia , maka
kita akan susah mencapainya. Kemuliaan seseorang tidk diukur dari tinggi –
rendahnya kedudukan – jabatan – kekayaan, tetapi lebih berdasar pada seberapa
besar cintanya pada zat yang maha mulia Allah Swt.
Kekayaan tidak
pasti identik dengan banyaknya harta benda, merasa cukup atas pemberiaan Allah,
tidak rakus, tidak serakah terhadap hal – hal keduniawiaan merupakan ciri
manusia yang kaya sebenarnya “ Kaya Hati “.
Sebagaimana
kecantikan, tidk selalu harus berkulit putih dan bertubuh langsing, tetapi
kecantikan yang hakiki adalah cantik hatinya dan cantik perbuatannya.
Kadang akibat
ukuran yang dibuat manusia menjadikan sebagian manusia merasa rendah diri dan
pada akhirnya tidak bisa mensyukuri karunia Allah. Bahkan kita sering mendengar
keluhan saudara kita; Ach .... saya kan
Cuma tukang batu, padahal kalau tidak ada tukang batu, takkan ada bangunan –
bangunan yang megah.
Adalagi yang
berkata; ach ... saya kan cuma seorang
guru . padahal kalau tidak ada guru, takkan ada dosen, orang ‘alim dan juga
cendekiawan.
Ah... saya kan cuma seorang pembantu, padahal kalau
tidak ada pembantu orang kaya akan susah, tidak mungkin semua pekerjaan
ditangani sendiri, atau kenapa ya kehidupan saya dari dulu tidak pernah berubah
?
Itulah
sebagian keluh kesah diantara saudara – saudara kita.
Semestintnya
kita tidak usah berfikir seperti itu. Kita tidak akan pernah berterima kasih
kepada Allah yang telah menjadikan kita manusia, bila keta terus menerus merasa
rendah dan merasa kurang. Itu semua merupakan pemberian allah dan semestinya
kita harus bersyukur. Dengan bersyukur atas nikmat yang Allah berikan kepada
kita, insaallah kita akan mendapatkan karunia – kenikmatan yag melimpah,
sebagaimana janji Allah :
Jama’ah Jum,ah
rohimakumullah
Untuk itu
lupakan ukuran – ukuran yang dibuat menurut kaca mata manusia. Terima saja dulu
yang baik dan tingkatkan kebaikan sesuai dengan apa yang bisa kita lakikan.
Bila jadi
pembantu, ya jadilah pembantu yang baik. Bila jadi karyawan , jadilah karyawan
yang baik. Bila hanya punya rumah kecil, nikmati saja dengan penuh syukur,
lihatlah mereka – mereka yang tidak punya rumah.
Bila hanya
punya motor tua, mobil tua, rawat saja dengan betul, lihatlah mereka – mereka
yang tidak punya kendaraan. Tidak usah mengeluh, kalaupun mengeluh ,
mengeluhlah hanya kepada Allah, mintalah peningkatan keadaan.
Yang perlu
diperhatikan , disaat kita mengeluh berpasrah diri dan berdo’a meminta sesuatu
kepada Allah Swt, manakala permohonan kita belum dikabulkan oleh Allah , kita
jangan kecewa ataupun marah kepada Allah dengan tidak mau lagi berdo’a dan
tidak mau lagi beribadah.
Padahal disatu
sisi , ketika kita memohon dan permohonan tersebut belum dikabulkan Allah ,
kita diberikan karunia lain yang sangat besar, yang justru kita tidak pernah
memintanya. Seperti : Anak yang sehat, panca indra yang masih berfungsi dengan
baik, dijauhkan dari penyakit dll. Dan ini sering tidak kita sadari.
Jama’ah Jum,Ah
Rohimakumullah
Diantara kita
sering juga membeda – bedakan derajat seseorang, tidak sedikit diantara kita
yang begitu merendahkan profesi lain
yang menurut kita lebih kecil/ rendah. Padahal semua itu saling melengkapi,
tidak mungkin satu orang mempunyai profesi yang banyak dan bisa dikerjakan
sendirian. Tidak mungkin seorang mengajar anaknya sendiri, membangun rumah
sendiri, membetulkan kendaraan sendiri, menanam padi sendiri. Apapun profesi yang ada , itu semua saling
melengkapi dan saling bergantung.
Begitulah
kalau ukuran kemulian menggunakan ukuran kaca mata manusia, menjadikan hati keras,
tidak mempunyai empati pada sesama, hidup jauh dari perasaan kasih sayang dan jauh dari perasaan cukup bahkan cenderung
selalu kurang.
Disaat kita
menengok saudara kita yang berbaring di RS , insaallah kita akan berkata “ Terima
kasih ya Allah engkau masih memberi aku kesehatan “. ..... “. Disaat kita melihat orang – orang cacat ,
apalagi kalau mereka mempunyai usaha, pasti kita akan malu dibuatnya. Fisik
kita lengkap tapi kita malas bekerja, sedangkan mereka rajin berusaha. Fisik
kita sempurna, tapi untuk meluangkan sujud sembahyang saja berat rasanya.
Coba kita
lihat saudara – saudara kita yang kurang beruntung yang berada dibawah kita.
Untuk apa ... ? Agar hati kita hidup, tumbuh kemauan untuk mengasihi dan menyayangi,
ada rasa syukur terhadap pemberiaan Allah dan bertambah kecintaan kita terhadap
zat yang maha kasih sayang.
Dengan
demikian tidak ada manusia yang lebih tinggi derajatnya dari manusia yang lain,
sebagaimana tidak ada profesi yang lebih bagus dari yang lain, semua saling
melengkapi.
Jama’ah Jum,Ah
Rohimakumullah
Diakhir
khutbah ini, marilah kita bersama – sama memohon kepada Allah Swt, semoga kita
selalu diberikan kekuatan iman , empati pada sesama dan dikelompokkan pada
golongan orang – orang yang ahli bersyukur. Amin ya robbal ‘alamin.
Oleh: H.Abdullah Najib
.jpg)
