Akhir akhir ini peristiwa bencana alam di Indonesia datang
silih berganti, mulai dari tsunami diaceh,
banjir bandang, gunung meletus,tanah longsor dan yang
kemarin terjadi gempa bumi dan keluarnya gas beracun dari magma perut
bumi di daerah Dieng, yang merenggut banyak nyawa dan menjadikan masyarakat
mengungsi sehingga menghentikan denyut jantung aktivitas perekonomian
masyarakat , seakan ikut andil ‘menyapa’ manusia.
Fenomena alam ini tak ubahnya hanya
secuil bukti tentang kekuasaan Allah untuk menggambarkan betapa kecilnya kuasa
manusia di dunia.
Lebih dari empat miliar tahun planet
bumi diciptakan beserta sumberdaya yang terkandung di dalamnya dengan keunikan
dan keistimewaan bentuk, motif dan warnanya, tidak lain untuk memfasilitasi
keperluan perjalanan makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna ini.
Manusia pada hakikatnya sebagai makhluk nomaden yang berangkat dari alam azali,
berpindah ke alam rahim, alam dunia, alam barzah dan tempat
pemberhentian terakhir di alam akhirat.
Time limit khalifah di bumi ini sangat singkat
laksana seorang pengembara yang mampir untuk sekadar minum, begitulah
Rasullullah saw, sang manusia agung pilihan menggambarkannya.
Setiap bayi yang lahir di alam fana ini tidak punya pilihan untuk hidup
melainkan dengan dua buah kitab, yakni kitab catatan perbuatan baik (sijjin)
dan perbuatan buruk (illiyin) yang akan menyertainya sampai akhirat
nanti. Ditambah lagi amanah dari Allah yang khusus diberikan kepada
manusia, yakni shalat.
Suatu ketika sahabat melihat Ali bin Abi Thalib, ra ketika
berwudlu kulitnya berwarna kuning, dan bergemetaran badannya ketika shalat.
Maka sahabat yang melihatnya bertanya kepada menantu Rasullullah itu, “wahai
Ali mengapa engkau kelihatan seperti tidak sehat ketika berwudlu dan shalat?”.
Ali bin Abi Thalib pun menjawab
“Bagaimana aku tidak gemetar jika gunung, pohon dan makhluk lain ciptaan-Nya
saja tidak sanggup memegang amanah ini dari Allah”
Hidup di dunia sangatlah singkat, tak sebanding dengan kehidupan di akhirat. Sebagaimana firman Allah Surat Al
Ma’arij Ayat 4 :
“Para malaikat dan jibril naik
menghadap kepada Allah, dalam sehari setara dengan lima puluh ribu tahun”.
Berarti, sehari di akhirat sama dengan 50.000 tahun di
dunia. Bila dikoversikan umur manusia berdasar tolok ukur usia Rasullullah SAW
63 tahun maka kehidupan manusia setara dengan dua menit enam detik di akhirat.
Belum lagi ibadah yang dilakukan
seorang hamba belum tentu diterima oleh Allah SWT. Oleh karena itu,
berhitunglah!
sumber google

