
Persiapan Penyelenggaraan Haji
1436H/2015M
Jakarta
(Sinhat)--Meski sempat terkendala akan beberapa masalah (kahar), kinerja dan
penyelenggaraan haji Indonesia 2014 jauh lebih baik dari tahun-tahun
sebelumnya. Sebagai contoh, adalah penyediaan pemondokan yang setara dengan
hotel berbintang tiga, hingga lebih tepat disebut hotel daripada pemondokan,
penyerapan kuota, tranparansi informasi yang menempatkan Kementerian Agama
berada pada urutan ke-10 dari seluruh kementerian, dan sebagainya. Ini
merupakan kesuksesan dan catatan baik dalam sejarah perhajian.
Tentang
kuota haji tahun 1435H/2014M kemarin, haji regular hanya menyisakan 9 kuota,
yang terdiri dari 7 jemaah haji dan 2 Petugas Haji Daerah (TPHD) dari kuota
155.200. Ini merupakan hasil komitmen sehingga kuota haji kemarin bisa diisi
secara maksimal dengan ketentuan pengisian kuota harus diisi secara adil dan
transparan dan sesuai dengan nomor urut. “Kuota jamaah untuk jamaah, kuota
petugas untuk petugas,” demikian penegasan Dirjen Penyelenggaraan Haji dan
Umrah (PHU) Kementerian Agama RI, Prof. Dr. H. Abdul Djamil, MA beberapa waktu
lalu.
Renovasi
dan pengembangan Masjidil Haram oleh Pemerintah Kerajaan Arab Saudi tahun
1434H/2013M lalu dan saat ini masih berjalan, mengakibatkan berkurangnya
kapasitas daya tampung tempat tawaf, yang sebelumnya 48.000 jemaah per jam
menjadi 22.000 jemaah per jam. Dengan demikian, untuk menjamin keselamatan,
kenyamanan, dan keamanan para jamaah haji di dunia, otoritas setempat
memberlakukan kebijakan pengurangan kuota haji dunia sebesar 20 %. Sehingga
kuota jamaah haji Indonesia dikurangi sebanyak 42.200 jemaah atau menjadi
168.800 jemaah, terdiri dari 155.200 haji regular dan 13.600 haji khusus.
Renovasi dan pengembangan Masjidil Haram tersebut diperkirakan selesai pada
kisaran tahun 2016/2017. Sebelum berlangsungnya renovasi dan pengembangan, Kuota
haji Indonesia sebesar 211.000 yang terdiri dari 194.000 haji regular dan
17.000 haji khusus.
Suksesi
tersebut menjadi hal yang dipertahankan sedangkan kekurangannya akan menjadi
perbaikan kedepan. Untuk itu, persiapan penyelenggaraan ibadah haji Tahun
1436H/2015M-pun sudah dilakukan untuk lebih berbenah dari hasil suksesi
evaluasi penyelenggaraan haji kemarin.
Berikut
petikan perbincangan kantorurusanhaji.com dengan Dirjen PH, Prof. Dr. H. Abdul
Djamil, MA yang saat ini sedang berada di Arab Saudi untuk persiapan MoU antara
Menteri Agama RI dan Menteri Haji Arab Saudi yang akan ditandatangani nantinya
pada medio Januari 2015M/1436H mendatang.
Ketika
diberi amanah sebagai dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Bagaimana Bapak
merespon tugas baru ini?
Selama
ini saya berada di dunia akademik, penelitian, perberdayaan zakat, wakaf dan
menangani urusan agama Islam. Haji merupakan pengalaman baru, dunia yang
menuntut kesungguhan dan kerja keras. Haji punya spektrum luas memberangkatkan
orang dari satu negara ke negara lain lalu memulangkan orang dengan latar
belakang yang hampir 40% berpendidikan dasar dengan sebab akibatnya. Artinya
mereka sangat tergantung kepada kita. Apa yang dilayani dari mulai ibadah,
dokumen, akomodasi, transportasi, katering dan lain sebagainya. Mungkin bagi
sebagian orang urus dokumen paspor itu mudah, tetapi bagi sebagian orang lain
sulit. Demikian juga soal ibadah, bagi sebagian mudah tetapi tidak bagi yang
lain, dari soal miqat, model hajinya apa tamattu atau lainnya, ke Haram, Arafah,
Mina, Madinah dan lainnya. Itu bagian tugas baru yang saya emban.
Bentuk
perlindungan apa yang mungkin bapak berikan kepada jemaah?
Mereka
dilindungi dari apa, keamanan sejak dari tanah air hingga tanah suci.
Perlindungan terhadap jemaah kita persiapkan dengan berbagai cara baik ketika
jemaah tersasar, ada sektor khusus untuk menangani mereka. Perlindungan dari
kemungkinan tindakan kriminal kita rekrut tenaga yang kompeten pada bidangnya
dari aparat keamanan.
Di
mana sebenarnya kompleksitas haji ini menurut bapak?
Kompleksitas
haji ini tinggi, mulai dari pemondokan, katering hingga transportasi. Maka tiga
pilar ini merupakan hal penting yang memerlukan kesungguhan yang tidak bisa
kita kerjakan sendiri. Terutama sekali soal pelayanan kesehatan. Jadi haji itu
tidak dikatakan menjadi konsen Kementerian Agama saja. Ia harus ditopang oleh
banyak kementerian dan lembaga yang relevan. Orang lanjut usia yang berisiko
tinggi harus dibimbing dan dilindungi dari berbagai bahaya yang mungkin dapat
merenggut nyawa mereka.
Oleh karenanya bagi saya harus mengembangkan spirit pengabdian di tengah penyelenggaran haji. Mulai dari tanah air sampai ke tanah air termasuk yang ada di sini (Red: Kantor Urusan Haji) dalam pelaksanaan siklus tahunan. Mulai dari organisasi petugas, memberikan petunjuk teknis, tenaga musiman dari para mukimin dan mahasiswa dari negara-negara sekitar.
Oleh karenanya bagi saya harus mengembangkan spirit pengabdian di tengah penyelenggaran haji. Mulai dari tanah air sampai ke tanah air termasuk yang ada di sini (Red: Kantor Urusan Haji) dalam pelaksanaan siklus tahunan. Mulai dari organisasi petugas, memberikan petunjuk teknis, tenaga musiman dari para mukimin dan mahasiswa dari negara-negara sekitar.
Apa
yang diperlukan oleh petugas dalam melaksanakan tugas pelayanan jemaah?
Pelayanan
jemaah haji harus memerlukan konsentrasi, keikhlasan dan ketulusan bekerja.
Mengurus haji harus serius dan sungguh-sungguh serta berpihak kepada jemaah.
Tidak boleh menepuk dada bahwa persoalan haji sudah selesai dan tidak ada
masalah. Sering kali kita menemukan masalah-masalah baru di tengah jalan. Kita
dituntut untuk kerja keras dan sungguh-sungguh lalu memohon pertolongan dan
petunjuk dari Allah Subhanahu Wa Ta’aala agar dimudahkan dalam segala urusan.
Terkait
MoU antara Kementerian Agama dan Kementerian Saudi Arabia, apa yang sedang
dipersiapkan?
Kita
sedang mempersiapkan hal-hal krusial apa yang belum ditangani menjelang
penandatanganan MoU antara dua Menteri Agama RI dan Menteri Haji Saudi Arabia
yang menjadi dasar kebijakan seperti fasilitas pemondokan, katering dan
transportasi serta lainnya.
Kita akan memasukkan beberapa input evaluasi penyelenggaraan ibadah haji tahun lalu seperti perbaikan pelayanan umum di Arafah dan Mina dari segi hambal dipertebal, kemah diganti dengan yang lebih bagus dan fasilitas-fasilitas lainnya.
Kita akan memasukkan beberapa input evaluasi penyelenggaraan ibadah haji tahun lalu seperti perbaikan pelayanan umum di Arafah dan Mina dari segi hambal dipertebal, kemah diganti dengan yang lebih bagus dan fasilitas-fasilitas lainnya.
Apa
poin-poin yang akan bapak sampaikan kepada wakil menteri haji Saudi dalam
pertemuan nanti?
Dalam
pertemuan nanti, kami akan mengajukan permohonan peningkatanan pelayanan di
pemondokan Mekkah dan Madinah, perkemahan dan hambal di Arafah, fasilitas air
dan layanan lainnya. Karena Arafah dan Mina melayani banyak orang lebih kurang
2 juta orang dalam satu waktu.
Terkait
dengan rencana temu Otoritas Pengelola Bandara Madinah, apa yang akan bapak
sampaikan?
Karena
otorita ini dapat mengatur pergerakan pesawat yang datang dan pulang melalui
bandara Madinah ataupun Jeddah, ini penting karena kalau pesawat-pesawat jemaah
haji Indonesia yang gelombang pertama bisa terbang langsung ke Madinah dan
pulang lewat Jeddah, sementara jemaah gelombang kedua yang mendarat di Jeddah
dapat dipulangkan dari Madinah secara keseluruhan. Itu akan mengurangi tugas
dan menjadi efisiensi kita karena tidak perlu lagi menyiapkan hotel transito di
Jeddah. (ar)
