GAJI  AYAH
Seperti biasa Basuki, konsultan  bangunan di kota pekalongan, tiba di rumahnya
pada jam 9 malam , kadang juga jam 10. Tidak seperti biasanya, Mila, putra
pertamanya yang baru duduk di kelas lima SD membukakan pintu untuknya.
Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama.
“Kok, belum
tidur ?” sapa Basuki sambil mencium anaknya.
Biasanya Mila
memang sudah  lelap ketika ia pulang dan
baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari. Sambil membuntuti
sang Ayah menuju ruang keluarga,Mila menjawab,
“Aku nunggu Ayah
pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Ayah ?”
“Lho tumben,
kok nanya gaji Ayah  segala ? Mau minta
uang lagi, ya ?”
“Ah, enggak.
Pengen tahu aja” ucap Mila singkat.
“Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Ayah
bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp. 300.000,-.Setiap bulan rata-rata
dihitung 22 hari kerja. Sabtu dan Minggu libur, kadang Sabtu Ayah masih lembur.
Jadi, gaji Ayah dalam satu bulan berapa, hayo ?”
Mila berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja
belajar sementara Ayahnya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Basuki
beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Mila berlari mengikutinya.
“Kalo satu
hari Ayah dibayar Rp. 300.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam Ayah digaji
Rp. 30.000,-
dong” katanya.
“Wah, pinter
kamu. Sudah, sekarang cuci kaki,terus  tidur” perintah Basuki
Tetapi Mila
tidak beranjak. Sambil menyaksikan Ayahnya berganti pakaian,
Mila kembali
bertanya, “Ayah, aku boleh pinjam uang Rp. 5.000,- enggak?”
“Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta
uang malam-malam begini ? Ayah capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah”.
“Tapi Ayah…”
Kesabaran Basuki
pun habis. “Ayah bilang tidur !” hardiknya mengejutkan
Mila. Anak
kecil itu pun berbalik menuju kamarnya.
Usai mandi, Basuki nampak menyesali hardiknya. Ia pun
menengok Mila di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Mila
didapati sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp. 10.000,- di
tangannya. Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Basuki
berkata,
“Maafkan Ayah, Nak, Ayah sayang sama Mila. Tapi buat
apa sih minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa.
Jangankan Rp. 5.000,- lebih dari itu pun Ayah kasih” jawab Basuki.
“Ayah, aku enggak minta uang. Aku hanya pinjam. Nanti
aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini”.
“lya, iya,
tapi buat apa ?” tanya Basuki lembut.
“Aku menunggu Ayah dari jam 8. Aku mau ajak Ayah main
ular tangga. Tiga puluh menit aja. Mama sering bilang kalo waktu Ayah itu
sangat berharga.
Jadi, aku mau ganti waktu Ayah. Aku buka tabunganku,
hanya ada Rp. 10.000,- tapi karena Ayah bilang satu jam Ayah dibayar Rp. 30.000,-
maka setengah jam aku harus ganti Rp. 15.000,-. Tapi duit tabunganku  kurang Rp. 5.000, makanya aku mau pinjam dari Ayah”
kata Mila polos.
Basuki pun terdiam. ia kehilangan kata-kata.
Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dengan perasaan haru. Dia baru menyadari,
ternyata limpahan harta yang dia berikan selama ini, tidak cukup untuk “ MEMBELI
 ” kebahagiaan anaknya.
_________________________________________________________
Written by : H. Abdullah Najib 
 

 
    