Lidah Tak Bertulang
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَظِيْمِ
الإِحْسَانِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْجُوْدِ وَالْاِمْتِنَانِ ، وَأَشْهَدُ أَنْ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ محمداً
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ ؛ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
الَّذِيْ كَانَتْ صُحْبَتُهُمْ لِنَبِيِّهِمْ أَجَلَّ صُحْبَةٍ وَأَعْظَمُ
فُرْصَةٍ أَمَّا بَعْدُ مَعَاشِرَ المُؤْمِنِيْنَ عِبَادَ اللهِ : اِتَّقُوْا اللهَ
تَعَالَى وَرَاقِبُوْهُ فِي السِرِّ وَالعَلَانِيَةِ مُرَاقَبَةً مَنْ يَعْلَمُ
أَنَّ رَبَّهُ يَسْمَعُهُ وَيَرَاهُ. 
Ibadallah,
Banyak orang
merasa bangga dengan kemampuan lisannya (lidah) yang begitu fasih berbicara.
Bahkan tak sedikit orang yang belajar khusus agar memiliki kemampuan bicara
yang bagus. Lisan memang karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala yang demikian
besar. Ia harus selalu disyukuri dengan sebenar-benarnya. Caranya adalah dengan
menggunakan lisan untuk berbicara yang baik atau diam. Bukan dengan mengumbar
pembicaraan semau sendiri.
Orang yang banyak bicara bila tidak diimbangi dengan ilmu agama yang baik, akan banyak terjerumus ke dalam kesalahan. Karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya memerintahkan agar kita lebih banyak diam. Atau kalaupun harus berbicara maka dengan pembicaraan yang baik. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا 
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.” (al-Ahzab: 70)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
مَنْ كَانَ
يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. al-Imam al-Bukhari dan al-Imam Muslim).
Ibadallah,
Lisan (lidah) memang tak bertulang. Sekali kita gerakkan, sulit untuk kembali pada posisi semula. Demikian berbahayanya lisan, hingga Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya mengingatkan kita agar berhati-hati dalam menggunakannya.
Dua orang
yang berteman penuh keakraban bisa dipisahkan dengan lisan. Seorang bapak dan
anak yang saling menyayangi dan menghormati pun bisa dipisahkan karena lisan.
Suami-istri yang saling mencintai dan saling menyayangi bisa dipisahkan dengan
cepat karena lisan. Bahkan darah seorang muslim dan mukmin yang suci serta
bertauhid dapat tertumpah karena lisan. Sungguh betapa besar bahaya lisan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ
الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللهِ تَعَالَى لاَ يُلْقِي
لَهَا بَالاً يَهْوِي بِهَا فِي جَهَنَّمَ 
“Sesungguhnya
seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang dibenci oleh Allah yang dia
tidak merenungi (akibatnya), maka dia terjatuh dalam neraka Jahannam.” (HR.
al-Bukhari).
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ
الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ فِيْهَا يَزِلُّ بِهَا
إِلَى النَّارِ أَبْعَدَ مِمَّا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ 
“Sesungguhnya
seorang hamba apabila berbicara dengan satu kalimat yang tidak benar (baik atau
buruk), hal itu menggelincirkan dia ke dalam neraka yang lebih jauh dari jarak
antara timur dan barat.” (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Al-Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Hadits ini teramat jelas menerangkan bahwa sepantasnya bagi seseorang untuk tidak berbicara kecuali dengan pembicaraan yang baik, yaitu pembicaraan yang telah jelas maslahatnya. Ketika dia meragukan maslahatnya, janganlah dia berbicara.”
Al-Imam asy-Syafi’i mengatakan, “Apabila dia ingin berbicara hendaklah dipikirkan terlebih dahulu. Bila jelas maslahatnya maka berbicaralah. Jika ragu, janganlah dia berbicara hingga tampak maslahatnya.”
Memang lisan
tidak bertulang. Apabila keliru menggerakkannya akan mencampakkan kita dalam
murka Allah yang berakhir dengan neraka-Nya. Lisan akan memberikan ta’bir
(mengungkapkan) tentang baik-buruk pemiliknya. Inilah ucapan beberapa ulama
tentang bahaya lisan:
Ibadallah,
Menjaga
lisan jelas akan memberikan banyak manfaat. Di antaranya:
1. Akan mendapat keutamaan dalam melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya.
2. Akan
menjadi orang yang memiliki kedudukan dalam agamanya.
Dalam hadits Abu Musa al-Asy’ari radhiallahu ‘anhu,
ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang orang
yang paling utama dari orang-orang Islam, beliau menjawab:
مَنْ سَلِمَ
الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ 
“(Orang Islam yang paling utama adalah) orang yang orang lain selamat dari kejahatan tangan dan lisannya.” (Sahih, HR. al-Bukhari dan Muslim).
3. Mendapat jaminan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk masuk surga.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ يَضْمَنْ لِيْ مَا بَيْنَ
لِحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ 
“Barang siapa yang menjamin untukku apa yang berada di antara dua rahangnya (mulut/lisan) dan apa yang ada di antara dua kakinya (kemaluan) maka aku akan menjamin baginya al-jannah (surga).” (HR. al-Bukhari).
4. Allah Ta’ala akan mengangkat derajat-Nya dan memberikan ridha-Nya kepadanya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ
بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللهِ تَعَالَى مَا يُلْقِي لَهَا بَالاً يَرْفَعُهُ
اللهُ بِهَا دَرَجَاتٍ 
“Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat dari apa yang diridhai Allah yang dia tidak menganggapnya (bernilai) ternyata Allah mengangkat derajatnya karenanya.” (HR. al-Bukhari).
Demikianlah beberapa keutamaan menjaga lisan. Semoga kita diberi kekuatan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk melaksanakan perintah-Nya dan perintah Rasul-Nya, serta diberi kemampuan untuk mengejar keutamaan tersebut.
أَقُوْلُ هَذَا القَوْلِ
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ. 
_____________________________________________
Oleh : H. Abdullah Najib
Oleh : H. Abdullah Najib
 
 
    