Matematika Kehidupan
اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ مَنْ تَوَكَّلَ عَلَيْهِ بِصِدْقِ
نِيَّةٍ كَفَاهُ وَمَنْ تَوَسَّلَ إِلَيْهِ بِاتِّبَاعِ شَرِيْعَتِهِ قَرَّبَهُ
وَأَدْنَاهُ وَمَنِ اسْتَنْصَرَهُ عَلَى أَعْدَائِهِ وَحَسَدَتِهِ نَصَرَهُ
وَتَوَلاَّهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ حَافَظَ دِيْنَهُ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ
Jamaah jum’at
rahimakumullah…
Tidak henti-hentinya, kami mengajak pada Jamaah sekalian untuk memanjatkan
puji syukur yang tiada terhingga kepada Allah SWT, karena Allahlah telah
yang memberi kita karunia dan nikmat yang sangat besar. Karunia dan
nikmat itu ialah umur yang panjang, kesehatan, dan kesempatan yang lapang
sehingga kita semua bisa hadir di sini untuk mendirikan shalat Jumat berjamaah.
Karena ada saudara –
saudara kita yang juga diberikan Karunia dan nikmat umur
yang panjang, kesehatan, tapi
tidak ada kesempatan hadir di sini untuk mendirikan
shalat Jumat .
Oleh sebab itu , sebagai salah satu bentuk rasa syukur kita terhadap semua
nikmat Allah ini tidak bosan-bosannya pula, khatib menyerukan agar tidak ada
jemaah yang sampai tertidur atau berbicara satu sama lainnya ketika khutbah
Jumat sedang dibacakan, hal ini agar kita semua bisa mengambil hikmah dan
pelajaran lain yang bermanfaat. Rasa kantuk memang merupakan fitrah sebagaimana
juga rasa lapar dan dahaga namun seyogyanya semua bentuk kefitrahan ini tidak
menjadi penghalang kita dari mendengarkan firman-firman Allah yang akan
disampaikan.
Jamaah umat
rahimakumullah…
Tidak terasa, baru kemarin saja rasanya kita melaksanakan sholat jum’ah disini,
sekarang kita melaksanakan lagi. Rasa – rasanya waktu
begitu cepat berlalu. Jika dalam 1 hari ada
24 jam, maka 7 hari berarti sama dengan 168 jam atau 10.080 menit sudah kita lewati. Subhanallah. Selama masa waktu itu,
hal positif apa yang sudah kita lakukan dan hal negatif apa saja yang sudah
kita perbuat? Mari kita tanya pada diri kita masing - masing, dalam tempo 7 hari tersebut, manakah yang paling sering kita lakukan,
kebaikankah? Atau justru keburukan?
Sekali lagi kita tanya diri kita dan biarkan
hati kita yang menjawabnya: benarkah dalam 7 hari yang lalu kita
selalu ada dalam keimanan? Konsistenkah kita dalam melakukan keimanan yang
sering kita sebut -sebut di mulut kita dan kita pamer - pamerkan pada orang
lain itu selama 7 hari yang lalu? Biarkan hati kecil kita yang menjawabnya,
berapa kali kita meninggalkan shalat Subuh, Zhuhur, Ashar, Maghrib ataupun
Isya?
Berapa kali dalam waktu 7 hari yang sudah kita
lewati itu, kita melakukan shalat dengan rasa malas dan terpaksa? Berapa kali
pula dalam waktu 7 hari itu, kita salah dalam membaca tajwid dalam shalat - shalat kita karena terburu-buru? Berapa kali pula dalam waktu 7 hari itu, kita membaca bacaan sholat dengan tartil, tenang dan
dihayati?
Jamaah shalat Jumat yang dirahmati oleh Allah,
itu baru sedikit saja dari sekian banyak
pertanyaan yang bisa digali , dalam rangka muhasabah/
introspeksi diri kita untuk 7 hari yang baru saja kita lalui.
Belum lagi mengenai
amal shalih, amal shalih apa yang sudah kita perbuat selama seminggu itu? Benarkah amal shalih atau cuma minta
dianggap shaleh atau justru amal sayyiah alias amal buruk saja
yang kita perbuat sepanjang 7 hari tersebut?
Bagaimana dengan waktu yang sudah kita
habiskan 1
bulan, 1 tahun sebelumnya? Apa saja yang kita perbuat
selama tahun
– tahun yang lalu?
Jamaah jum’at
rahimakumullah…
Dalam 1 tahun ada 12 bulan, 52 minggu, 365
hari, 8.760 jam, 525.600 menit dan 31.536.000 detik. Ada berapa banyakkah total kebaikan yang kita berbuat
, selama kurun waktu tersebut?
Rata - rata umur manusia saat ini antara 60 s/d 70 tahun, Jikapun ada
yang lebih dari itu ‘ maka merupakan suatu bonus umur dari Allah. Sekarang kita
samakan saja rata - rata umur
manusia di usia 65 tahun.
Kita mulai baligh, yaitu awal dari seorang
anak manusia mulai di perhitungkan amal baik atau buruknya selama hidup umumnya
bagi laki-laki adalah 15 tahun dan wanita 12 tahun.
Sekarang, mari kita mencari waktu yang ada
atau tersisa bagi kita untuk beribadah pada Allah. Kita gunakan saja rumus
sederhana : Umur rata - rata manusia – Awal Baligh
Jika rata-rata umur seseorang pada usia 65
tahun dikurang 15 tahun saat awal kita baligh maka waktu yang tersisa adalah 50 tahun. Apa dan
bagaimana perilaku kita selama 50 tahun masa hidup itu?
Jika kita kalikan lagi angka 50 tahun dengan
365 hari/ tahunnya maka diperoleh angka 18.250 hari. Nah angka 18.250 hari
ini dikurang dengan waktu tidur kita selama 8 jam/ hari anggap saja begitu. Maka 18.250 hari dikali dengan 8 jam = 146.000 jam atau
sekitar 16 tahun lebih 7 bulan atau kita bulatkan menjadi 17 tahun.
Jadi dalam rentang
waktu kita mulai baligh di usia 15 tahun sampai usia kita meninggal di 65
tahun, ada waktu 17 tahun yang hanya digunakan untuk tidur saja. Angka ini
belum ditambah dengan jumlah jam yang sering kita pakai pula untuk tidur siang
misalnya. Subhanallah.
Dalam 50 tahun waktu hidup kita pasca baligh
yang habis dipakai aktivitas adalah 18.250 hari x 12 jam (yaitu waktu di mana
siang hari biasanya kita kerja, sekolah, kuliah, berdagang, memasak dan
sebagainya) maka diperoleh angka 219.000 Jam atau = 25 tahun
Belum lagi dikurangi dengan waktu kita yang
biasanya digunakan untuk bersantai, istirahat sambil menonton televisi, bercanda
sesama teman dan sejenisnya plus minus 4 jam.
Maka total dalam 50 tahun waktu yang dipakai
untuk santai
- santai tadi adalah 18.250 hari x 4 jam= 73.000 Jam
atau selama 8 tahun.
Alhasil, jamaah
Jumat sekalian, selama 50 tahun masa hidup kita pasca baligh, ada
angka 17 tahun lamanya kita tidur + 25 tahun untuk beraktivitas di siang
hari + 8 tahun untuk sekedar rileksasi / santai - santai dan mencari hiburan, diperolehlah angka 50
tahun.
Jadi umur kita 50 tahun setelah dipotong masa
baligh impas saja. Lalu jika usia 50 tahun ini tidak diisi dengan banyak hal
yang positif, hal-hal yang bersifat ibadah pada Allah, maka manusia benar-benar
berada dalam kerugian
yang sangat besar seperti firman Allah
di dalam surat Al-Ashr.
وَالْعَصْرِ * إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ
* إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ
وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Allah bersumpah Demi waktu,
sesungguhnya, manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati
supaya mentaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi
kesabaran(Al-Ashr: 1-3)
Jamaah jum’at
rahimakumullah…
Subhanallah, ternyata firman Allah bisa
dibuktikan secara matematika
dan Sangat ilmiah sekali.
Tidak salah sebenarnya ketika kita berargumen
bahwa kita saat ini sedang sekolah dan mencari ilmu, bukankah itu juga ibadah?
Tidak salah pula ketika ada yang berkata kita bekerja untuk menafkahi anak
istri dan ini pun ibadah. Dan argumen-argumen lain sejenis itu.
Tapi sekarang, apakah benar niat kita ketika
sekolah
/ tholabul ilmi, bekerja, mengajar
dan melakukan berbagai profesi lainnya itu sudah diniatkan untuk ibadah ?
Bukankah kita sendiri sering berkata: saya
sekolah
/ tholabul ilmi agar pintar, dapat
ijazah dengan angka yang bagus, lalu saya bisa bekerja dan dapat posisi bagus
pula di perusahaan tertentu, Nikah punya anak cucu. Bukankah niat seperti ini
yang justru sering terlintas dalam pikiran kita?
Mana niat ibadahnya? Makanya, tidak usah heran
bila sekarang ini banyak terjadi korupsi / penyalahgunaan wewenang di
mana-mana, penggunaan narkoba oleh siapa saja serta hal-hal buruk lainnya. Tontonan jadi tuntunan dan
tuntunan jadi tontonan. Niat kita sudah bukan
pada titik ibadah lagi. Kita sekolah untuk dapat ijazah, kita bekerja untuk
mencari harta, kita mempunyai jabatan untuk dipandang orang lain, kita
memakai kendaraan agar dihormati oleh orang lain dan bahkan kita shalat, zakat
serta berhaji pun agar dianggap orang hebat dan alim.
Na’udzubillahi
mindzalik.
Jamaah Jumat
rahimakumullah..
Mari kita jujur pada diri kita sendiri,
seberapa seringkah kita membaca bismillah saat hendak berangkat kerja / beraktifitas, berjalan menuju sekolah atau pasar?
Jawabnya secara umum pasti kita pernah membaca
basmalah di waktu-waktu tersebut, tapi sesekali, tidak setiap kali. Itulah fenomena
diri kita sendiri yang selalu dipengaruhi oleh unsur fujuraha, yaitu sifat
jahat yang sering mendominasi hidup kita sehari-hari. Sewaktu mendengar ceramah
atau khutbah, air mata kita berlinang, tetapi ketika kaki kita melangkah keluar
dari tempat ceramah itu, kita silau dengan gemerlapnya dunia.
Maka jangan heran bila musibah sering melanda negeri kita,. Jangan heran banyak doa-doa kita yang tidak terkabulkan.
Jangan heran bila semakin banyak para penyesat bermunculan. Ternyata kita
sendiri ikut menjadi penyebabnya. Kita sering lalai dalam menggunakan waktu
yang ada.
Seringkali kita merasa cukup dengan hanya
mengerjakan shalat 5 waktu, kita beranggapan dengan mengerjakan shalat - shalat tersebut maka
pahala kita bertumpuk. Pernahkah kita berpikir bahwa shalat yang sudah kita
kerjakan pasti diterima di sisi Allah? Pernahkah kita berpikir
bagaimana bila shalat -shalat kita selama ini tidak satupun yang diterima-Nya?
Sekali lagi, sudah berapa kalikah kita shalat
secara terburu - buru sehingga tidak jelas apa yang dibaca? Berapa seringkah kita
shalat diakhir waktu? Padahal diawal waktu panggilan Allah lewat
adzan selalu memanggil kita . Berapa seringkah kita
shalat dengan rasa malas, ujub ataupun terpaksa ?
Jamaah Jumat rahimakumullah..
Karena itu, marilah kita semua tanpa kecuali
menghitung diri
( bermuhasabah ). Sudah seberapa
taatkah kita kepada Allah? Apakah kita selama ini telah mentati aturan - aturan Allah? Ataukah sebaliknya kita gemar menerjang larangan - larangan-Nya?
Marilah kita semua kembali kepada Allah,
bertaubat kepada-Nya. Marilah kita sesali segala perbuatan buruk yang selama
ini kita lakukan, dan kita berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Jangan
sampai kita malah berbuat sebaliknya, yakni melakukan kesalahan demi kesalahan
tanpa henti, seolah-olah tidak peka dengan peringatan dari Allah Subhanahu wa
Ta’ala.
Diakhir
khutbah ini , marilah kita memohon kepada Allah, semoga Allah selalu membimbing
kita dalam jalan yang diridho’i sebagaimana jalannya orang – orang yang sholeh.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ،
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ
وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ
الْغَفُوْرُ الرّحِيْمِ .
___________________________________________________
Written by : H. Abdullah Najib