PASTIKAN NIKAH ANDA TERCATAT DI KUA , NIKAH DI KUA GRATIS ... , NIKAH DILUAR KANTOR BAYAR Rp. 600.000,- ( DISETOR LANGSUNG KE BANK ) LAYANAN KUA GRATIS ( LEGALISIR, REKOMENDASI, IKRAR WAKAF, DUPLIKAT, KONSELING DAN BIMBINGAN KEAGAMAAN ) # SMS CENTER 081228249995 #

Berita Terbaru

Meraih Malam Lailatul Qodar

Written By Unknown on Tuesday, July 14, 2015 | 10:30 AM

Hasil gambar untuk malam lailatul qadar

الحَمْدُ لِلهِ مُقَدِّرِ الْمَقْدُوْرِ وَمُصَرِّفِ اْلأَيَّامِ وَالشُّهُوْرِ، وَأَحْمَدُهُ عَلَى جَزِيْلِ نِعَمِهِ وَهُوَ الْغَفُوْرُ الشَّكُوْرُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٍ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْبَشِيْرُ النَّذِيْرُ وَالسِّرَاجُ الْمُنِيْرُ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا إِلَى الْبَعْثِ وَالنُّشُوْرِ، أَمَّا بَعْدُ: فَأُوْصِيْكُمْ-أَيُّهَا النَّاسُ-وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَاتَّقُوْا اللهَ رَحِمَكُمُ اللهُ فَبِهَا الْفَلاَحُ وَالسَّعَادَةُ وَالنَّجَاحُ

Hadirin Rahimmakummullah ..

Pertama-tama marilah kita senantiasa memanjatkan rasa tasyakur kita ke hadirat Alloh SWT, atas segala hidayah dan ma’unahNya kepada kita sekalian, hingga kita secara sadar berkemauan untuk menjalankan kewajiban kita kepadaNya.

Melalui momentum ibadah shalat jum’ah, di bulan suci ramadhan ini, mari kita bersama-sama untuk meneguhkan kembali rasa ketakwaan kita kepada Alloh SWT.
Marilah kita berupaya memerdekakan diri kembali dari segala keterlanjuran kita, membiarkan diri disibukkan  oleh entah apa saja selain Allah Azza Wa jalla.

Mungkin kita telah
disibukkan oleh jabatan – pekerjaan , kita melakukan apa saja untuk jabatan, hingga kita lupa akan Alloh SWT. Mungkin kita telah disibukkan  oleh harta benda, hingga kita melakukan apa saja untuk harta benda dan melupakan Alloh SWT. Kesibukan – kesibukan  inilah yang terkadang membuat kita melakukan sesuatu yang memiliki dampak / akibat tidak saja melupakan pesan-pesan Alloh sang Maha Pencipta, namun juga mungkin merusak keharmonisan alam sekitar. Sekali lagi, marilah kita memperbaharui komitmen ketakwaan kita kepada Alloh swt, dengan selalu mengorientasikan segala perilaku kita atas dasar perintah dan larangan Alloh SWT. Mudah-mudahan hingga saatnya Alloh SWT berkenan memanggil kita, kita dalam kondisi tetap mengingat Alloh dengan berpegang teguh pada ketakwaan ini.

Hadirin sidang jum’ah yang mulia

Bulan puasa, bagi umat islam adalah bulan yang amat berharga bagi pembentukan kesucian rohani kita. Banyak media informasi yang yang berbicara tentang kelebihan
- kelebihan bulan ini.jika kita sekedar menggali berbagai fadlilah di bulan ini, nampaknya tidak begitu sulit. Tentunya bagi orang yang mendapatkan hidayah dari Alloh, segala informasi yang masuk ke telinga kita , semestinya akan semakin menambah kedekatan dan ketakwaan kita pada Alloh SWT. Namun sebaliknya, bagi orang yang tidak mendapatkan hidayah, sekian banyak informasi yang masuk ke telinga mereka, seolah hanya suara kosong yang tanpa makna. Mereka tidak dapat mengambil fadlillah yang ada di bulan suci ini, mereka pun masih  tetap melakukan berbagai perilaku buruk, kemaksiatan dan mereka pun semakin jauh dari Alloh.
Naudlu billah min dzalik.

Kita telah mafhum, bahwa di bulan suci romadhon ini Alloh telah menetapkan sebuah malam yang memiliki  keutamaan luar biasa yaitu Lailatul Qadar. Malam itu, menurut mustafa al-maraghi dalam tafsirnya disebut sebagai malam turunnya Al-Qur’an pertama kali sebelum kemudian turun berangsur-angsur selama kurang lebih dua puluh tiga tahun.
Adapun maksud dari malam yang diberkahi ialah malam al-Qur’an pertama kali diturunkan, sebagaimana pendapat imam musthofa al- maroghi. Di Indonesia umumnya dianggap jatuh pada tanggal 17 Ramadhan.

Syaikh Ali Ahmad Al-Jurjawi, mencatat seputar perbedaan pendapat malam Lailatul qadar. Menurutnya, ada sebagian ulama berpendapat bahwa, Lailatul qadar terjadi di salah satu malam dari bulan Ramadhan (antara tanggal 1-30 Ramadhan).
Pendapat ini mendasarkan pada kenyataan, tidak ada keterangan yang sharih terhadap tanggal terjadinya Lailatul Qadar. Sebagian lagi berpendapat bahwa Lailatul Qadar terjadi di 10 hari terakhir pada malam  ganjil di bulan Ramadhan. Meskipun tidak ada keterangan yang sharih tentang waktu terjadinya malam tersebut, namun Rasulullah SAW pernah memerintahkan kepada sahabat untuk lebi serius  melakukan peribadahan di malam-malam sepuluh terakhir  pada bulan Ramadhan,khususnya di malam ganjil. Dan para sahabatpun berduyun-duyun untuk melakukan anjuran Rasulullah Saw itu.

Begitu beragamnya pendapat tentang terjadinya lailatul qadar tidak perlu di perdebatkan. Tapi yang penting bagaimana kita mempersiapkan diri untuk mengapai / menyongsong kebaikan-kebaikan yang terdapat pada malam lailatul qadar tersebut.  Yaitu dengan memperbanyak membaca Al quran, sedekah, mendirikan shalat-shalat sunnah, mengajak anggota keluarga , istri dan anak – anak untuk melaksanakan ( qiyamul lail )  serta amalan – amalan sholeh lainya.

Oleh karena itu, semestinya setiap orang berusaha meningkatkan amal ibadahnya, lebih-lebih pada sepuluh hari yang terakhir. Hal ini sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana dalam hadits,

أَنَّ النَّبِيَّ صل الله عليه وسلم كَانَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ اْلأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ

“Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersungguh-sungguh beribadah pada sepuluh hari yang terakhir tidak seperti pada hari-hari yang lainnya.” (HR. Muslim)

Disebut malam  lailatul qadar dikarenakan Malam yang penuh dengan kebaikan bagi orang-orang yang mengisinya dengan ketaatan. Pada malam itu para malaikat termasuk malaikat Jibril turun ke bumi, untuk menghampiri dan mengucapkan salam kepada hamba - hamba Allah yang sedang beribadah. Pada malam itu, pintu-pintu langit dibuka dan Allah SWT menerima taubat hamba - Nya”, sepanjang malam itu tersebar keselamatan bagi penduduk bumi hingga terbit fajar.
Dan amalan seseorang di malam tersebut setara dengan amalan yang dilakukan seribu bulan  ( 83 Th ). Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

!$¯RÎ) çm»oYø9tRr& Îû Ï's#øs9 Íôs)ø9$# ÇÊÈ   !$tBur y71u÷Šr& $tB ä's#øs9 Íôs)ø9$# ÇËÈ   ä's#øs9 Íôs)ø9$# ׎öy{ ô`ÏiB É#ø9r& 9öky­ ÇÌÈ   ãA¨t\s? èps3Í´¯»n=yJø9$# ßyr9$#ur $pkŽÏù ÈbøŒÎ*Î/ NÍkÍh5u `ÏiB Èe@ä. 9öDr& ÇÍÈ   íO»n=y }Ïd 4Ó®Lym Æìn=ôÜtB ̍ôfxÿø9$# ÇÎÈ 
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malamkemuliaan. dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu.malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan
pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar.

Hadirin Rahimmakummullah ..

Maha suci Allah, Lailatul Qodar memang sungguh mulia. Wajar bila kedatangannya begitu didambakan setiap Muslim, namun Allah dan Rasul-Nya tidak menentukan kapan malam mulia itu, sehingga upaya ‘mendapatkan / meraihnya’ Lailatul Qodar di bulan Ramadhan menjadi fenomena tersendiri di kalangan umat Islam.

Sungguh beruntung orang-orang yang bisa memanfaatkan kesempatan yang mulia ini dengan berbagai amal saleh. Ia bisa meraih keuntungan yang berlipat-lipat.

Sungguh, kerugian yang besar bagi orang-orang yang tetap di atas kemaksiatan - kemaksiatannya selama bulan Ramadhan. Sebab, kemaksiatan di bulan Ramadhan yang mulia tidak sama dengan kemaksiatan yang dilakukan di luar Ramadhan, meskipun kemaksiatan tidak boleh dilakukan kapan pun dan di bulan apa pun. Hanya saja, kemaksiatan di bulan ini menunjukkan ketidakpedulian seseorang terhadap dirinya dan jeleknya akhlak orang yang melakukannya.

Oleh karena itu, marilah kita jadikan bulan yang mulia ini sebagai saat untuk bertobat kepada Allah Subhanahu wata’ala , mumpung Allah senantiasa membuka lebar – lebar pintu rahmah dan maghfirohnya dan kita memulai lembaran baru dengan amalan-amalan saleh dan ketakwaan kepada-Nya.
Ingatlah sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam,

وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ

“Sangatlah merugi orang yang berjumpa dengan bulan Ramadhan, namun berpisah sebelum diampuni dosa-dosanya.” (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi, beliau mengatakan, “Hadits hasan gharib.”)

Hadirin sekalian rahimmakumullah,,

Jika kita menyimak catatan imam
Syaikh Ali Ahmad Al-Jurjawi tersebut, tentunya patut ditelusuri lebih lanjut, mengapa lailatul Qadar tidak di informasikan oleh Alloh secara sharih. Seolah-olah Allah SWT telah merahasiakan malam yang penuh berkah ini, hingga umat muslim tidak dapat dengan mudah mendapatkan kemuliaan malam ini. Justru karena kerahasiaannya itulah, malam Lailatul Qadar selalu menarik untuk diwacanakan.

Diantara hikmah dari kerahasiaan ini  dimaksudkan agar manusia bersungguh-sungguh   melakukan ibadah kepada Alloh SWT. Kesungguhan beribadah yang di realisasikan tidak hanya pada saat-saat tertentu, namun juga direalisasikan sepanjang hayatnya. Sehingga manusia dapat memelihara istiqamahnya dalam melakukan pengabdian kepada Alloh SWT. Ini berbeda dengan, jika Lailatul Qadar ditentukan pada hari – tgl tertentu. Manusia akan mudah terlepas  dari istiqamahnya dalam beribadah. Pemeliharaan istiqamah dalam beribadah ini menjadi penting, mengingat, bahwa keimanan manusia sangat fluktuatif / naik turun. Suatu saat mungkin keimanan kita dalam kondisi prima, hingga mereka gampang mengingat Alloh, namun pada waktu yang lain mungkin keimanan kita dalam kondisi buruk, hingga mereka melupakan Alloh SWT. Dalam kondisi seperti inilah, diperlukan upaya yang sungguh-sungguh agar keimanan kita tetap prima.

Hadirin sekalian Rahimmamukullah.

Salah satu bentuk ekspresi syukur atas pelaksanaan puasa ramadan adalah tidak terjadinya kemandekan amal setelahnya, karena memang bulan Ramadhan memiliki keterkaitan erat dengan bulan syawwal. Hal ini bisa dibuktikan dengan anjuran menyusuli puasa Ramadhan dengan puasa enam hari dibulan syawwal, artinya selepas bulan Ramadhan sebisa mungkin amal ibadah seseorang harus lebih ditingkatkan . Jika bulan Ramadhan merupakan bulan pembakaran / penggemblengan , maka bulan syawwal nanti adalah bulan peningkatan amal sebagaimana makna harfiahnya masing – masing.

Keterputusan amal ibadah bersamaan dengan berlalunya bulan Ramadhan harus benar – benar dihindari  karena sebaik amal adalah amal yang sambung menyambung dan tidak berhenti ditengah jalan hingga datang saat kematian.

Hadirin rahimakumullah,

Pada akhir bulan Ramadhan ini juga ada kewajiban besar yang harus diperhatikan oleh kita semua, yaitu kewajiban mengeluarkan zakat fitrah. Zakat ini berupa makanan pokok sebanyak satu sha’ atau sekitar tiga kilogram, diberikan kepada yang berhak menerimanya sebelum shalat ‘ied dilaksanakan. Disebutkan dalam hadits dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu :

كُنَّا نُخْرِجُ إِذْ كَانَ فِينَا رَسُولُ اللهِ صل الله عليه وسلم زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ كُلِّ صَغِيرٍ وَكَبِيرٍ، حُرٍّ أَوْ مَمْلُوكٍ، صَاعًا مِنْ طَعَامٍ

“Dahulu di saat Rasulullah bersama kami, kami mengeluarkan zakat fitrah atas anak kecil maupun orang dewasa, baik yang merdeka maupun budak, sejumlah satu sha’ dari makanan (pokok).” (HR. Muslim)

Hadirin rahimakumullah

Kita mungkin tidak sehebat dan sebaik para sahabat – sahabat Nabi yang selalu  bersedih dan menangis dikala bulan suci Ramadan berakhir, namun selayaknya kita pun patut takut sebab tak ada jaminan , apakah amal ibadah kita  selama 23 hari ini diterima oleh Allah. Begitu pula tak ada jaminan pula, apakah kita bisa  dipertemukan dengan Ramadhan tahun depan. Untuk itu di akhir Ramadhan ini ,mari kita memperbaiki diri dan meningkatkan amal ibadah kita serta berdo’a dengan sungguh – sungguh kepada Allah SWT, Semoga kita semua termasuk orang - orang yang  amal ibadah selama bulan Ramadhan ini , diterima sebagai amalan sholihan maqbulan dan mendapatkan keberkahan lailatul qodar, amin, amin ya rabbal alamin

اقــول قـولي هذا واســتغـفـرالله لي ولكم ولجميـع المســلمين والمســلمات انه هــو الـغـفـور الـرحيـم


______________________________________________________________
Written : H. Abdullah Najib

Fasilitas Pemondokan Haji Th 2015


Menag Pastikan Pemondokan Setara Bintang 3 dan 4



Jakarta (Pinmas) —- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin memastikan bahwa kualitas pemondokan jamaah haji di Makkah setara dengan hotel bintang 3 dan 4. Kepastian ini ditegaskan Menag setelah melakukan pengecekan langsung ke sejumlah hotel yang akan ditempati jamaah haji Indonesia selama di Makkah

“(Senin) Pagi ini saya melakukan pengecekan terhadap sejumlah hotel yang Akan ditempati jamaah. Di Jarwal (sekitar 1 Km dari Masjid Haram), saya mengunjungi bangunan 5 tower berkapasitas 21.500 jamaah yang disewa Tim Urusan Haji Indonesia,” demikian penjelasan Menag melalui sambungan telepon kepada kontributor Pinmas, Senin (13/07).

Menag bertolak ke Arab Saudi pada Sabtu (11/07) lalu untuk melakukan sejumlah pertemuan dengan pihak-pihak yang terkait dengan persiapan penyelenggaraan ibadah haji 1436H/2015M di Jeddah, Makkah, dan Madinah. Ikut mendampingi Menag dalam pertemuan dengan Muassasah Asia Tenggara, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Abdul Djamil, Irjen Kemenag M. Jasin, Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis, dan jajaran Staf Teknik Urusan Haji (TUH) Indonesia yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi.

Sebelumnya, Menag melakukan pertemuan dengan Muassasah Asia Tenggara dan menyepakati peningkatan layanan untuk jamaah haji Indonesia selama di Arafah dan Mina. Hari ini, Menag melakukan peninjauan langsung kesiapan pemondokan dan transportasi shalawat.
“Saya juga melihat hotel di Mahbas Jin yang berkapasitas 5.000 jamaah dan di Syisha yang berdaya tampung 480 jamaah. Kamar di tiap pemondokan memuat 2 s/d 5 orang ber-AC, tv, dan kulkas. Juga terdapat mushalla, aula besar tempat makan bersama, dan ruang kantor,” jelas Menag.
“Dari sisi fisik bangunan cukup baik persis hotel setara bintang 3 dan 4,” tandas Menag. (mkd/mkd)


Survei SMRC Kemenag Terbaik Kedua

Written By Unknown on Monday, July 13, 2015 | 2:02 PM

Kemenag Terbaik Kedua Versi Survei SMRC


Jakarta (Pinmas) —- Kementerian Agama dinilai berkinerja terbaik kedua versi hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC). Sebanyak 8 % dari total 1.220 responden memilih Kemenag sebagai kementerian terbaik kedua, di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan atau KKP (27%).

Untuk urutan berikutnya,  Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, dan Kementerian Pertanian menempati posisi lima besar dengan hasil 4,6 persen; 4,6 persen; 4,2 persen; dan 3,6 persen. Posisi selanjutnya adalah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (3,6 persen), Kementerian Perempuan (2,3 persen), Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (1,5 persen) serta Kementerian Hukum dan HAM (1,4 persen).

“Kemendagri dan Kementerian Pariwisata menempati posisi terakhir dengan hasil survei 1,1 persen,” ujar Direktur Eksekutif SMRC, Djayadi Hanan dalam sebuah diskusi di Jakarta, Kamis (09/07).
Untuk Kementerian Koordinator (Kemenko), Kemenko Bidang Kemaritiman dinilai memiliki kinerja terbaik (25,2%), disusul  Kemenko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (14,9%), Kemenko Bidang Ekonomi (10,2%), dan Kemenko Polhukam (9,9%).

Survei yang dilakukan pada 25 Mei hingga 2 Juni 2015 tersebut menggunakan 1.220 responden yang merupakan warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam Pemilu. Mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih atau sudah menikah ikut dalam survei.

Responden yang berasal dari 34 provinsi dipilih secara acak diwawancara dengan tatap muka. Margin of error rata-rata dari survei tersebut, yakni sekitar 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. (mkd/mkd)


Peningkatan Layanan Arafah - Mina


Menag dan Muassasah Sepakati Peningkatan Layanan Arafah-Mina

Jakarta (Pinmas) —- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menegaskan bahwa Kementerian Agama dan Muassasah Asia Tenggara telah menyepakati beberapa peningkatan layanan untuk Jamaah Haji Indonesia selama di Arafah dan Mina. Kesepakatan ini diperoleh dalam pertemuan antara Menag dengan pimpinan Muassasah Asia Tenggara di Kantor Muassasah, Makkah, Minggu (12/07) sore waktu Saudi.

“Sore tadi, pukul 14.30 – 16.15 (waktu Saudi) diadakan pertemuan Menag dengan pimpinan Muassasah Asia Tenggara di Kantor Muasasah di Makkah. Beberapa usulan peningkatan pelayanan Haji 2015 yang menjadi kewenangan Muassasah berhasil disepakati dalam pertemuan tersebut,” demikian penjelasan Menag melalui sambungan telepon kepada kontributor Pinmas, Minggu malam.
Pertemuan antara Menag dengan pihak Muassasah ini diikuti oleh hampir seluruh unsur pimpinan Muassasah Asia Tenggara. Ikut mendampingi Menag dalam pertemuan dengan Muassasah Asia Tenggara, Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Abdul Djamil, Irjen Kemenag M. Jasin, Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis, dan jajaran Staf Teknik Urusan Haji (TUH) Indonesia yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi.
“Seluruh hambal di kemah jamaah di Arafah yang selama ini lusuh dan berdebu akan diganti dengan yang baru,” tegas Menag.
“Saya juga terus mengupayakan agar setiap kemah di Arafah dilengkapi water-coolant atau pendingin udara, mengingat suhu panas di Arafah,” tambahnya.

Terkait peningkatan layanan di Mina, Menag menjelaskan bahwa pihak Muasasah akan memperbanyak fasilitas stop kontak yang dapat digunakan untuk men-charge HP di setiap tenda. Selain itu, pihak Muassasah juga akan menyediakan bus bagi jamaah yang tinggal di tenda Mina yang jauh dari Jamarat. “Jamaah yang tinggal di tenda yang jaraknya jauh dari Jamarat di perluasan Mina akan disediakan bus ke tempat melempar jumrah,” kata Menag.

Selain itu, Menag dan pihak Muassasah juga bersepakat untuk memperbaiki kualitas katering jamaah haji Indonesia selama di Arafah dan Mina, terutama terkait ragam jenis lauk pauknya. “Katering selama di Arafah dan Mina juga dijanjikan oleh Muasasah akan lebih baik kualitas dan ragam jenis lauk pauknya,” jelas Menag.

Menag Lukman Hakim Saifuddin bertolak ke Arab Saudi pada Sabtu (11/07) lalu untuk melakukan sejumlah pertemuan dengan pihak-pihak yang terkait dengan persiapan penyelenggaraan ibadah haji 1436H/2015M di Jeddah, Makkah, dan Madinah. Dalam kunjungan kerja ini, Menag juga berkesempatan menguji coba kepadatan layanan bus umum di Makkah, Arab Saudi. Makum, jamaah umrah selama musim Ramadlan juga sangat banyak sehingga tingkat kepadatannya hampir menyerupai musim haji. “Ujicoba merasakan bagaimana jamaah haji kita gunakan bus umum saat musim haji nanti..,” ujar Menag.

Usai melakukan pertemuan dengan Muassasah Asia Tenggara, Menag mengadakan rapat koordinasi dengan seluruh petugas di TUH di Makkah pada Minggu (12/07) malam. “Hari ini (Senin, 13/07), saya bersama tim akan meninjau kesiapan pemondokan dan rute bus shalawat di Makkah, dan lusa ke Madinah,” terang Menag. (mkd/mkd)



Pasca Puasa Ramadhan

Written By Unknown on Thursday, July 2, 2015 | 9:20 AM

Hasil gambar untuk puasa ramadhan 2015

[ Opini ] Puasa Pasca Puasa

Ramadhan (Puasa) sudah memasuki hari kelima belas. Tidak lama lagi, bulan yang sangat istimewa ini pun akan segera kita tinggalkan. Banyak orang menangisi kepergiannya. Sebagian ulama berpendapat, tangisan itu terjadi karena bulan tersebut adalah bulan agung (syahr ‘adzim), bulan mulia (syahr ‘aly), bulan penuh berkah (syahr mubarak), bulan pengampunan (syahr maghfirah), bulan penuh rahmat (syahr rahmah), dan bulan pembebasan dari api neraka (syahr itqun min al-naar).
Sementara sebagian ulama yang lain berpendapat, kepergiannya sangatlah ditangisi karena di bulan tersebut semua amal ibadah diterima, pahala dilipat-gandakan, dosa-dosa dilebur, gerbang-gerbang surga dibuka lebar, pintu-pintu neraka ditutup rapat, dan setan-setan diikat. Juga di bulan ini pula, ada satu malam yang disebut lailatul qadar, yang keutamaannya melebihi seribu bulan (QS. 97: 1-5).

Di luar itu, berakhirnya bulan ini juga banyak ditangisi orang karena  spirit pembebasan yang dibawanya. Spirit ini tercermin dalam perintah menjalankan puasa (QS. 2: 183), yaitu menahan diri (imsak) dari lapar dan dorongan nafsu (lapar bawah perut). Kedua kelaparan ini harus ditahan karena dari keduanya dunia ini seringkali kacau. 

Karena alasan lapar, orang sering melakukan tindakan gelap mata. Ia tidak bisa lagi melihat dan membedakan kebaikan sebagai kebaikan, kebenaran sebagai kebenaran, dan kemuliaan sebagai kemuliaan. Juga karena alasan lapar, orang sering melakukan tindakan-tindakan yang anarkis, pencurian, bahkan melacurkan diri semisal menjadi WTS. Dengan berpuasa, seseorang dilatih untuk tidak  menjadikan lapar sebagai justifikasi terhadap pelanggaran-pelanggaran moral dan hukum. 
Dengan pengendalian nafsu, manusia dibebaskan dari kungkungan hawa nafsunya sendiri. Hal ini tak lain karena dalam diri setiap manusia dipancarkan dua sinar kendali, fa alhamaha fujuuraha wa taqwaaha, yakni kendali negatif (fujur) dan kendali positif (taqwa) (QS.91: 8).
Manusia yang dikendalikan oleh fujur-nya, hedonismenya, dia akan terkondisikan menjadi orang yang terbiasa melakukan pelanggaran nilai-nilai kebaikan dan moralitas. Begitu juga sebaliknya. Untuk itu, pembebasan dalam konteks ini harus diartikan sebagai pembebasan diri manusia dari kendali dan hegemoni nafsu fujur. Karena ketika fujur bisa dikendalikan, maka yang kemudian terpancar adalah kendali taqwa, sebagaimana tujuan akhir dari perintah puasa ini, la’allakum tattaquun (agar kamu menjadi orang yang bertakwa).

Struktur Pembebasan

Apakah setelah Ramadhan berlalu, manusia mampu keluar dari keadaannya semula? Apakah spirit pembebasan yang terpancarkan dari ajaran puasa bisa tertanam tidak hanya pada bulan Ramadhan saja, tetapi juga sebelas bulan setelahnya? Juga bagaimana caranya agar nafsu fujur yang selama sebulan bisa dikendalikan, sebelas bulan berikutnya tetap bisa dikendalikan?
Ada dua hal yang bisa dilakukan supaya spirit pembebasan ini bisa tetap muncul. Pertama, merevitalisasi pemahaman keagamaan yang simbolistik. Bahwa ritual keagamaan bukanlah puncak dari ekspresi keberagamaan, tetapi hanyalah ‘media’ penghayatan iman. Ia sangat berbeda dengan ‘pengamalan’ iman itu sendiri.

Usaha semacam ini akan membantu seseorang untuk tidak hanya berbicara tentang technical ritualistic saja, semisal apa syarat-rukunnya puasa, hal-hal apa saja yang membatalkan puasa, kapan dan bagaimana niat puasa diucapkan, tetapi lebih kepada, apa yang mesti dilakukan setelah orang menjalani puasa (post ritual). Apakah orang yang berpuasa akan bertindak sama buruknya dengan ketika ia belum berpuasa, ataukah sebaliknya.?
Kedua, menstrukturisasi kesadaran keagamaan dari yang sifatnya personal ke kesadaran yang sifatnya sosial. Puasa yang pada awalnya adalah momen pembebasan diri sendiri (even personal), harus diwujudkan dalam tatanan masyarakat yang lebih luas. Artinya, puasa personal yang dilakukan pada bulan puasa harus diimplementasikan ke dalam puasa sosial, puasa yang distrukturkan dalam tatanan masyarakat agar orang menghormati yang lain, supaya orang dapat mengendalikan nafsu fujur-nya, supaya orang memiliki komitmen untuk selalu mengulurkan tangan untuk umat yang lemah, dan seterusnya.

Strukturisasi kesadaran ini penting karena ajaran-ajaran agama yang bersifat personal, akan mempunyai dampak sosial yang nyata. Bukankah peristiwa-peristiwa sosial pangkalnya adalah perkara-perkara personal? Juga kesalahan kolektif, bukankah terjadi karena kesalahan-kesalahan personal? Pendeknya, puasa yang ritual adalah puasa yang dijalani selama bulan Ramadhan, tetapi puasa yang aktual adalah sebelas bulan sesudahnya. (Masdar F. Mas’udi: 2002)

Ritual Tanpa Bekas?

Inilah tantangan yang mesti kita hadapi bersama. Puasa yang kita lakukan selama bulan Ramadhan, sampai sekarang ini, ternyata belum mampu mendidik kaum muslim menjadi pribadi-pribadi yang bertaqwa. Mereka ternyata belum mampu menangkap pesan pembebasan yang terkandung dalam ajaran puasa. Mereka masih terjebak pada simbol keagamaan yang ritualistik.
Kenyataan demikian bisa dilihat dari maraknya perilaku yang jauh dari nilai-nilai etis. Orang masih sering tidak bisa menahan diri dari hal-hal yang diharamkan, terlebih yang dihalalkan. Orang masih suka berbohong, meskipun selama sebulan penuh ia ditempa puasa. Orang masih tidak mau berbagi, meski di sekitarnya dijumpai masyarakat yang tidak bisa makan dan hidup dalam kemelaratan.
Parahnya lagi, ada juga orang yang menjadikan puasa Ramadhan hanya sebagai tameng dalam menjalani hidup. Ramadhan dijadikannya sebagai bulan “kepura-puraan”; pura-pura beramal salih dan bersedekah, pura-pura tidak korupsi, pura-pura berbuat baik kepada rakyat miskin, dan kepura-puraan yang lain. Sebelas bulan berikutnya, mereka kembali melakukan tindakan melawan hukum, serta mengeksploitasi masyarakat demi meraih tujuan pribadinya.

Akhirnya, puasa hanyalah ritual rutin yang tidak memberikan dampak apapun bagi perubahan bangsa ini. Sehabis puasa, praktik koruptif kembali terjadi. Orang miskin terus dimiskinkan, meskipun pelaku pemiskinan itu telah menjalani puasa sebulan penuh. Hukum pun hanya berpihak pada orang-orang yang memiliki duit dan akses hokum. Nafsu fujur yang telah berhasil ditaklukkan selama puasa berlangsung, kembali menguasai bahkan seketika Syawal datang.
Jadi, untuk apa sebenarnya kita berpuasa? Benarkah untuk mengubah diri menjadi pribadi yang lebih bertaqwa, atau hanya lantaran tidak enak dengan tetangga? Mampukah kita menangkap pesan pembebasan puasa sebagaimana mestinya, la ‘allakum tattaquun, sehingga berbuah semangat untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, dan menciptakan tata kehidupan yang berkeadilan? Inilah tantangan pasca puasa yang mesti dijawab.!

Muhtadin, Pelaksana pada Sekretariat Ditjen Pendidikan Islam


9 ALTERNATIF SOLUSI UNTUK KUA

Written By Unknown on Monday, June 1, 2015 | 2:45 PM



9  ALTERNATIF SOLUSI  UNTUK  KUA

Jakarta, bimasislam— Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Ditjen Bimas Islam) terus berupaya melakukan perbaikan dalam peningkatan kualitas layanan publik, salah satunya kualitas layanan publik pada Kantor Urusan Agama (KUA) sebagai perpanjangan tangan Kemenag di tingkat kecamatan.  

Inspektorat Jenderal Kementerian Agama juga telah memetakan kondisi obyektif dan sejumlah penyimpangan yang masih terjadi di sejumlah KUA saat ini. Menurut Inspektur Jenderal Kemenag, Moch. Jasin, terdapat sepuluh permasalahan KUA secara kondisional, dan 16 penyimpangan yang perlu segera dibenahi.   Saat menjadi narasumber dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Bimas Islam di hotel Mercure, Jakarta, Jumat (29/05), Jasin mengatakan secara kondisional terdapat sepuluh permasalahan pada sejumlah KUA di Indonesia. Kondisi tersebut misalnya, selain kurangnya sarana prasarana seperti kendaraan operasional, aliran listrik, dan sebagainya, juga masih terdapat sejumlah gedung KUA yang berdiri di atas tanah wakaf atau lahan milik Pemda.
Selain itu, dikatakan Jasin, kondisi geografis di beberapa daerah juga turut menghambat sejumlah KUA untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.   Mantan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) itu juga mencatat 16 penyimpangan yang masih terjadi di sejumlah KUA, antara lain kebiasaan sebagian masyarakat yang masih belum terbiasa bertransaksi di bank, sehingga memilih untuk menitipkan setoran biaya nikah kepada pegawai KUA. Selain itu, Jasin melanjutkan, sebagian KUA masih ada yang belum melakukan sosialisasi terkait biaya nikah melalui media banner, spanduk, dan semacamnya.   Merespon kondisi tersebut, kata Jasin, Inspektorat Jenderal Kementerian Agama memberikan sembilan alternatif solusi bagi KUA menuju layanan bebas gratifikasi.

Kesembilan alternatif solusi itu adalah:
(1) Jabatan Kepala KUA tidak merupakan jabatan struktural, tetapi ditetapkan seperti Kepala Madrasah;

(2) Membuat standar minimum gedung KUA, balai nikah, dan sarana prasarananya;

(3) Pemerataan SDM KUA, sesuai dengan jumlah peristiwa Nikah Rujuk N/R; 

(4) Perlunya penataan Barang Milik Negara (BMN) di KUA, baik gedung maupun kendaraan dinas yang masih berplat nomor Jakarta;

(5) Perlunya pembedaan formulir antara pernikahan yang dilaksanakan di kantor dan di luar kantor.   Kemudian, sambung Jasin, solusi alternatif berikutnya adalah:

(6) Perlu kerja sama dengan bank penerima setoran agar setoran bisa dilakukan lewat ATM, M-Banking, dan Internet Banking, dengan menu isian (formulir) yang dirumuskan oleh Ditjen Bimas Islam dan pihak bank;

(7) Perlu dibuat pengkodean atau nomor induk tiap KUA, sehingga dengan menulis kode KUA, akan mudah diketahui. Hal ini akan memudahkan penghitungan setoran setiap peristiwa nikah pada setiap KUA di seluruh Indonesia;


(8) Perlu penertiban pencatatan nomor seri buku nikah pada setiap jenjang, sehingga apabila terjadi kehilangan atau penyalahgunaan, akan mudah diketahui dari mana buku nikah tersebut; (9) Perlu adanya supervisi secara berjenjang terkait dengan pelayanan pernikahan, dari tingkat Pusat, Kanwil Kemenag Provinsi, dan Kankemenag Kabupaten/Kota.

5 Sifat Yang Merusak Manusia

Written By Unknown on Thursday, April 30, 2015 | 5:38 AM

Hasil gambar untuk 5 Sifat Yang Merusak Manusia

Iلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ مَنْ تَوَكَّلَ عَلَيْهِ بِصِدْقِ نِيَّةٍ كَفَاهُ وَمَنْ تَوَسَّلَ إِلَيْهِ بِاتِّبَاعِ شَرِيْعَتِهِ قَرَّبَهُ وَأَدْنَاهُ وَمَنِ اسْتَنْصَرَهُ عَلَى أَعْدَائِهِ وَحَسَدَتِهِ نَصَرَهُ وَتَوَلاَّهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ حَافَظَ دِيْنَهُ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ (أَمَّا بَعْدُ) فَقَالَ تَعَالَى وما أمروا الاليعبدوا الله مخلصين له الدين حنفاء ويقيموا الصلوة ويؤتوا الزكوة وذلك دين القيمة  

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Tidak henti-hentinya, kami mengajak pada Jamaah sekalian untuk memanjatkan puji syukur yang tiada terhingga kepada Allah SWT, karena Allahlah telah yang memberi kita karunia dan nikmat yang sangat besar. Karunia dan nikmat itu ialah umur yang panjang, kesehatan, dan kesempatan yang lapang sehingga kita semua bisa hadir di sini untuk mendirikan shalat Jumat berjamaah. Karena ada saudara – saudara kita yang juga diberikan Karunia dan nikmat umur yang panjang, kesehatan, tapi tidak ada kesempatan hadir di sini untuk mendirikan shalat Jumat .

Oleh sebab itu , sebagai salah satu bentuk rasa syukur kita terhadap semua nikmat Allah ini tidak bosan-bosannya pula, khatib menyerukan agar tidak ada jemaah yang sampai tertidur atau berbicara satu sama lainnya ketika khutbah Jumat sedang dibacakan, hal ini agar kita semua bisa mengambil hikmah dan pelajaran lain yang bermanfaat

Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah

Apa yang hendak saya sampaikan pada khutbah kali ini sebenarnya berasal dari satu pertanyaan asasi. Manakah sebenarnya yang lebih dulu ada di dunia ini, kegegelapan  lantas disusul dengan terang. Ataukah terang yang kemudian dinodai dengan kegegelapan?
Dalam sebuah hadits sahabat Ali Karaamallhu Wajhah berkata :

عَنْ عَلِيّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ لَوْلَا خَمْسَ خِصَالٍ لَصَارَ النَّاسُ كُلُّهُمْ صَالِحِيْنَ اَوَّلُهَا اَلْقَنَاعَة ُبِالجَهْلِ وَالْحِرْصُ عَلَى الدُّنْيَا وَالشُّحُّ بِالْفَضْلِ وَالرِّياَ فِى الْعَمَلِ وَالْإعْجَابُ بِالرّأيِ

“andaikan tidak ada lima keburukan didunia ini, tentunya manusia menjadi orang saleh semua. Kelima keburukan itu adalah 1) merasa senang dengan kebodohan. 2) tamak dengan dunia. 3) bakhil dengan kelebihan harta. 4) riya’ dalam beramal dan 5) membanggakan diri”. Demikian keterangan Sayyidina Ali tentang lima hal yang merusak susunan masyarakat muslim sehingga terjebaklah mereka dalam kenistaan.
Pertama, merasa senang dengan kebodohan, artinya adalah membiarkan diri bahkan merasa nyaman dengan ketidak tahuan dalam masalah agama. Sebagaimana banyak terjadi pada muslim masa kini yang tiap harinya disibukkan dengan urusan duniawiyah dan bermacam pekerjaan demi mencapai cita-citanya. Sedangkan masalah ke-islaman cukup dipasrahkan saja kepada para ustadz yang dipanggil ketika dibutuhkan. Entah untuk berdoa, untuk ditanya ataupun sekedar dijadikan teman curhatnya.

Tidak ada dalam dirinya keinginan belajar dengan sungguh-sungguh apa itu Islam dan bagaimana seharusnya menjadi muslim yang baik. Tidak pernah ingin tahu cara shalat dan wudhu yang benar. Mereka sudah puas dengan pengetahuan yang didapatnya dari teman atupun dari meniru tetangga. Paling-paling belajar keislamannya didapat dari tayangan televisi pada kuliah subuh dan dalam broadcast- broadcast semacamnya.
Memang itu tidak salah, tapi semua itu menunjukkan ketidak seriusan keislaman mereka dibandingkan dengan keseriusannya belajar ilmu pengetahuan atupun kesibukannya mengurus berbagai urusan dunia. Padahal Rasulullah saw sudah mengingatkan :

اللهُ يَبْغَضُ كُلَّ عَالِمٍ بِالدُّنْيَا جَاهِلٍ بِاْلأَخِرَةِ  )رواه الحاكم (

Allah membenci orang yang pandai dalam urusan dunia tetapi bodoh dalam urusan akhirat.

Ma’asyiral Mukminin Rahimakumullah

Kedua, tamak dengan dunia dan ketiga bakhil dengan kelebihan harta, keduanya merupakan pasangan yang selalu terkait bagaikan dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Karena siapapun yang tamak dan merasa kurang dengan berbagai kepemilikan hartanya pastilah dia akan berlaku bakhil dan sangat sayang dengan kelebihan-kelebihan yang dimilikinya.

Dalam kesempaatan lain Rasulullah saw pernah menyinggung tentang ketamakan. Beliau berkata yang artinya bahwa mencintai harta adalah sumber segala kecelakaan dan keburukan. Baik keburukan fisik maupun mental. Mari kita bersama-sama berintropeksi diri mengapa diri ini seringkali masuk angin gara-gara terlalu sering di jalan demi mengejar satu pekerjaan. Betapa para pebisnis itu sering kali keuar masuk rumah sakit berganti-ganti penyakit karena komplikasi yang disebabkan kurangnya perhatian dalam mengurus diri dan lebih suka mengejar materi. Meskipun ini bukanlah hukum universal yang dapat diterapkan pada semua orang, tetapi minimal menjadi pelajaan bagi kita yang mengerti. Betapa kecintaan dan ketamakan dunia selalu membawa petaka. Rasulullah saw pernah bersabda:

الزّهْدُ فِى الدُّنْيَا يُرِيْحُ الْقَلْبَ وَالبَدَنَ وَالرُّغْبَةُ فِيْهَا تُتْعِبُ اْلقَلبَ وَاْلبَدَنَ  )رواه الطبرانى (
Zuhud (tidak suka) dunia sangat menyenangkan hati dan badan. Sedangkan cinta dunia sangat melelahkan hati dan badan.
Demikianlah bahwa kebakhilan ataupun kepelitan merupakan dampak sistemik yang tidak terhindarkan dari ketamakan dunia. Dan kebakhilan pasti akan menjauhkan seseorang dari Allah, surga dan sesama manusia. Itu artinya kesalehan bagi orang yang bakhil adalah angan-angan belaka. Dan jikalau ada keselahan di sana pastilah itu hanya kesalehan yang semu.
Para Jama’ah yang Dirahmati Allah

Keempat, riya dalam beramal. Riya’ adalah pamer yaitu melakukan satu amal ibadah (agama) dengan maksud mendapatkan pujian dari manusia. Atau dengan bahasa yang agak kasar riya dapat juga dikatakan dengan mengharapkan nilai dunia dengan pekerjaan akhirat. Rasulullah saw menegaskan bahwa riya termasuk dalam kategori syirik kecil (as-syirikul asyghar) dalam salah satu sabdanya “sesungguhnya sesuatu yang sangat saya khawatirkan atas dirimu adalah syirik kecil, yaitu riya” (HR.Ahmad).

Disebut demikian karena perwujudan riya yang sangat halus dan tidak kentara. Adanya hanya dalam hati. Tidak ketahuan di dalam tindakan diri. Para sufi mengibaratkan halusnya riya seperti semut hitam yang merayap di atas batu keras warna hitam di tengah pekat malam. Begitu halusnya riya hingga seringkali mereka yang terjangkit penyakit ini seringkali tidak sadar.
Fudhail bin Iyadh seorang sufi pernah mencoba menjabakan tentang riya dengan bahasa keseharian katanya: ”jika datang seorang pejabat kepadaku, kemudian aku merapikan jenggotku dengan kedua belah tanganku, maka aku benar-benar merasa khawatir kalau dicatat dalam kategori orang-orang munafik”
Demikianlah hendaknya segala apa yang dilakukan manusia disandarkan kepada Allah swt. Tidak hanya semata mempertimbangkan kepentingan manusia. Apalagi jika berhubungan dengan amal ibadah murni seperti shalat, baca al-qur’an, zakat dan lainnya maka Allah swt mengancam mereka yang mendustainya dengan neraka Rasulullah saw bersabda:
اِنَّ اللهَ حَرَّمَ الْجَنَّةَ عَلَى كُلِّ مُرَاءٍ
Sesungguhnya Allah swt mengharamkan surga bagi orang yang riya.
Dan kelima, adalah ujub atau membanggakan diri. Yaitu merasa diri paling sempurna dibandingkan dengan yang lain. Ketidak bolehan perasaan ujub ini dikhawatirkan pada lahirnya kesombongan, dan kesombongan itu sendiri merupakan sifat Allah yang tidak boleh ada dalam diri manusia.
Demikianlah lima hal yang menurut Sayyidina Ali Karramallahu Wajhah dapat menghalangi seseorang menjadai seorang yang saleh.
Demikianlah khotbah singkat kali ini, semoga hal ini dapat menjadi bahan renungan yang mendalam, bagi kita semua amin.

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ.

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

 _______________________________________________________
Written by :  H. Abdu
 
Support : Privacy Policy | Disclaimer | Contact
Copyright © 2014. Kua Kecamatan Limpung - Batang - All Rights Reserved
Jl.Limpung-Tersono KM.01 telp (0285) 4486533 Batang 51271
KUA Limpung