الحَمْدُ لِلهِ
مُقَدِّرِ الْمَقْدُوْرِ وَمُصَرِّفِ اْلأَيَّامِ وَالشُّهُوْرِ، وَأَحْمَدُهُ
عَلَى جَزِيْلِ نِعَمِهِ وَهُوَ الْغَفُوْرُ الشَّكُوْرُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَّ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ
وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٍ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ الْبَشِيْرُ النَّذِيْرُ وَالسِّرَاجُ الْمُنِيْرُ، صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا إِلَى
الْبَعْثِ وَالنُّشُوْرِ، أَمَّا بَعْدُ: فَأُوْصِيْكُمْ-أَيُّهَا
النَّاسُ-وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَاتَّقُوْا اللهَ رَحِمَكُمُ
اللهُ فَبِهَا الْفَلاَحُ وَالسَّعَادَةُ وَالنَّجَاحُ
Hadirin Rahimmakummullah ..
Pertama-tama marilah kita senantiasa memanjatkan rasa tasyakur kita ke hadirat Alloh SWT, atas segala hidayah dan ma’unahNya kepada kita sekalian, hingga kita secara sadar berkemauan untuk menjalankan kewajiban kita kepadaNya.
Melalui momentum ibadah shalat jum’ah, di bulan suci ramadhan ini, mari kita bersama-sama untuk meneguhkan kembali rasa ketakwaan kita kepada Alloh SWT. Marilah kita berupaya memerdekakan diri kembali dari segala keterlanjuran kita, membiarkan diri disibukkan oleh entah apa saja selain Allah Azza Wa jalla.
Mungkin kita telah disibukkan oleh jabatan – pekerjaan , kita melakukan apa saja untuk jabatan, hingga kita lupa akan Alloh SWT. Mungkin kita telah disibukkan oleh harta benda, hingga kita melakukan apa saja untuk harta benda dan melupakan Alloh SWT. Kesibukan – kesibukan inilah yang terkadang membuat kita melakukan sesuatu yang memiliki dampak / akibat tidak saja melupakan pesan-pesan Alloh sang Maha Pencipta, namun juga mungkin merusak keharmonisan alam sekitar. Sekali lagi, marilah kita memperbaharui komitmen ketakwaan kita kepada Alloh swt, dengan selalu mengorientasikan segala perilaku kita atas dasar perintah dan larangan Alloh SWT. Mudah-mudahan hingga saatnya Alloh SWT berkenan memanggil kita, kita dalam kondisi tetap mengingat Alloh dengan berpegang teguh pada ketakwaan ini.
Hadirin sidang jum’ah yang mulia
Bulan puasa, bagi umat islam adalah bulan yang amat berharga bagi pembentukan kesucian rohani kita. Banyak media informasi yang yang berbicara tentang kelebihan - kelebihan bulan ini.jika kita sekedar menggali berbagai fadlilah di bulan ini, nampaknya tidak begitu sulit. Tentunya bagi orang yang mendapatkan hidayah dari Alloh, segala informasi yang masuk ke telinga kita , semestinya akan semakin menambah kedekatan dan ketakwaan kita pada Alloh SWT. Namun sebaliknya, bagi orang yang tidak mendapatkan hidayah, sekian banyak informasi yang masuk ke telinga mereka, seolah hanya suara kosong yang tanpa makna. Mereka tidak dapat mengambil fadlillah yang ada di bulan suci ini, mereka pun masih tetap melakukan berbagai perilaku buruk, kemaksiatan dan mereka pun semakin jauh dari Alloh.
Naudlu billah min
dzalik.
Kita telah mafhum, bahwa
di bulan suci romadhon ini Alloh telah menetapkan sebuah malam yang memiliki keutamaan luar biasa yaitu Lailatul Qadar.
Malam itu, menurut mustafa al-maraghi dalam tafsirnya disebut sebagai malam
turunnya Al-Qur’an pertama kali sebelum kemudian turun berangsur-angsur selama
kurang lebih dua puluh tiga tahun.
Adapun maksud dari malam
yang diberkahi ialah malam al-Qur’an pertama kali diturunkan, sebagaimana
pendapat imam musthofa al- maroghi. Di Indonesia umumnya dianggap jatuh pada
tanggal 17 Ramadhan.
Syaikh Ali Ahmad Al-Jurjawi, mencatat seputar
perbedaan pendapat malam Lailatul qadar. Menurutnya, ada sebagian ulama
berpendapat bahwa, Lailatul qadar terjadi di salah satu malam dari bulan
Ramadhan (antara tanggal 1-30 Ramadhan).
Pendapat ini mendasarkan pada kenyataan,
tidak ada keterangan yang sharih terhadap tanggal terjadinya Lailatul Qadar.
Sebagian lagi berpendapat bahwa Lailatul Qadar terjadi di 10 hari terakhir pada malam ganjil
di bulan Ramadhan. Meskipun tidak
ada keterangan yang sharih tentang waktu terjadinya malam tersebut, namun
Rasulullah SAW pernah memerintahkan kepada sahabat untuk lebi serius melakukan peribadahan di malam-malam sepuluh
terakhir pada bulan Ramadhan,khususnya di malam ganjil. Dan para
sahabatpun berduyun-duyun untuk melakukan anjuran Rasulullah Saw itu.
Begitu beragamnya pendapat tentang terjadinya
lailatul qadar tidak perlu di perdebatkan. Tapi yang penting bagaimana kita
mempersiapkan diri untuk mengapai / menyongsong kebaikan-kebaikan yang terdapat pada malam lailatul
qadar tersebut. Yaitu dengan memperbanyak membaca Al quran, sedekah,
mendirikan shalat-shalat sunnah, mengajak anggota
keluarga , istri dan anak – anak untuk melaksanakan ( qiyamul lail ) serta amalan – amalan sholeh
lainya.
Oleh karena itu, semestinya setiap orang
berusaha meningkatkan amal ibadahnya, lebih-lebih pada sepuluh hari yang
terakhir. Hal ini sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam, sebagaimana dalam hadits,
أَنَّ
النَّبِيَّ صل الله عليه وسلم كَانَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ اْلأَوَاخِرِ مَا
لاَ يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ
“Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersungguh-sungguh
beribadah pada sepuluh hari yang terakhir tidak seperti pada hari-hari yang
lainnya.” (HR. Muslim)
Disebut malam lailatul qadar dikarenakan
Malam yang
penuh dengan kebaikan bagi orang-orang yang mengisinya dengan ketaatan. Pada
malam itu para malaikat termasuk malaikat Jibril turun ke bumi, untuk menghampiri dan mengucapkan salam
kepada hamba - hamba Allah yang sedang beribadah. Pada malam
itu, pintu-pintu langit dibuka dan Allah SWT menerima taubat hamba - Nya”, sepanjang malam itu tersebar keselamatan bagi
penduduk bumi hingga terbit fajar.
Dan amalan
seseorang di malam tersebut setara dengan amalan yang dilakukan seribu bulan ( 83 Th ). Allah
Subhanahu wata’ala berfirman:
!$¯RÎ)
çm»oYø9tRr&
Îû Ï's#øs9 Íôs)ø9$# ÇÊÈ !$tBur y71u÷r&
$tB ä's#øs9 Íôs)ø9$# ÇËÈ ä's#øs9 Íôs)ø9$# ×öy{ ô`ÏiB
É#ø9r&
9öky
ÇÌÈ ãA¨t\s? èps3Í´¯»n=yJø9$# ßyr9$#ur $pkÏù ÈbøÎ*Î/ NÍkÍh5u `ÏiB Èe@ä.
9öDr&
ÇÍÈ íO»n=y
}Ïd
4Ó®Lym
Æìn=ôÜtB
Ìôfxÿø9$#
ÇÎÈ
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malamkemuliaan. dan
tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu.malam kemuliaan itu lebih baik dari
seribu bulan
pada malam itu
turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur
segala urusan. malam itu
(penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar.
Hadirin Rahimmakummullah ..
Maha suci Allah, Lailatul Qodar memang sungguh mulia. Wajar
bila kedatangannya begitu didambakan setiap Muslim, namun Allah dan Rasul-Nya tidak menentukan
kapan malam mulia itu, sehingga upaya ‘mendapatkan / meraihnya’ Lailatul Qodar di bulan Ramadhan menjadi
fenomena tersendiri di kalangan umat Islam.
Sungguh beruntung orang-orang yang bisa
memanfaatkan kesempatan yang mulia ini dengan berbagai amal saleh. Ia bisa
meraih keuntungan yang berlipat-lipat.
Sungguh, kerugian yang besar bagi orang-orang
yang tetap di atas kemaksiatan - kemaksiatannya selama bulan Ramadhan. Sebab,
kemaksiatan di bulan Ramadhan yang mulia tidak sama dengan kemaksiatan yang
dilakukan di luar Ramadhan, meskipun kemaksiatan tidak boleh dilakukan kapan pun
dan di bulan apa pun. Hanya saja, kemaksiatan di bulan ini menunjukkan
ketidakpedulian seseorang terhadap dirinya dan jeleknya akhlak orang yang
melakukannya.
Oleh karena itu, marilah kita jadikan bulan yang mulia ini sebagai saat
untuk bertobat kepada Allah Subhanahu wata’ala , mumpung Allah senantiasa
membuka lebar – lebar pintu rahmah dan maghfirohnya dan kita memulai lembaran
baru dengan amalan-amalan saleh dan ketakwaan kepada-Nya.
Ingatlah sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi
wasallam,
وَرَغِمَ
أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ
لَهُ
“Sangatlah merugi orang yang berjumpa dengan
bulan Ramadhan, namun berpisah sebelum diampuni dosa-dosanya.” (HR. Ahmad dan
at-Tirmidzi, beliau mengatakan, “Hadits hasan gharib.”)
Hadirin sekalian
rahimmakumullah,,
Jika kita menyimak catatan imam Syaikh Ali Ahmad Al-Jurjawi tersebut, tentunya patut ditelusuri lebih lanjut, mengapa lailatul Qadar tidak di informasikan oleh Alloh secara sharih. Seolah-olah Allah SWT telah merahasiakan malam yang penuh berkah ini, hingga umat muslim tidak dapat dengan mudah mendapatkan kemuliaan malam ini. Justru karena kerahasiaannya itulah, malam Lailatul Qadar selalu menarik untuk diwacanakan.
Diantara hikmah dari
kerahasiaan ini dimaksudkan agar manusia
bersungguh-sungguh melakukan ibadah kepada Alloh SWT. Kesungguhan
beribadah yang di realisasikan tidak hanya pada saat-saat tertentu, namun juga
direalisasikan sepanjang hayatnya. Sehingga manusia dapat memelihara istiqamahnya
dalam melakukan pengabdian kepada Alloh SWT. Ini berbeda dengan, jika Lailatul Qadar ditentukan pada hari – tgl tertentu.
Manusia akan mudah terlepas dari istiqamahnya dalam beribadah.
Pemeliharaan istiqamah dalam beribadah ini menjadi penting, mengingat, bahwa
keimanan manusia sangat fluktuatif / naik turun. Suatu saat mungkin keimanan kita dalam kondisi
prima, hingga
mereka gampang mengingat Alloh, namun pada waktu yang lain mungkin keimanan kita dalam kondisi
buruk, hingga mereka melupakan Alloh SWT. Dalam kondisi seperti inilah,
diperlukan upaya yang sungguh-sungguh agar keimanan kita tetap prima.
Hadirin sekalian Rahimmamukullah.
Salah satu bentuk ekspresi syukur atas pelaksanaan puasa ramadan adalah tidak terjadinya kemandekan amal setelahnya, karena memang bulan Ramadhan memiliki keterkaitan erat dengan bulan syawwal. Hal ini bisa dibuktikan dengan anjuran menyusuli puasa Ramadhan dengan puasa enam hari dibulan syawwal, artinya selepas bulan Ramadhan sebisa mungkin amal ibadah seseorang harus lebih ditingkatkan . Jika bulan Ramadhan merupakan bulan pembakaran / penggemblengan , maka bulan syawwal nanti adalah bulan peningkatan amal sebagaimana makna harfiahnya masing – masing.
Keterputusan amal ibadah
bersamaan dengan berlalunya bulan Ramadhan harus benar – benar dihindari karena sebaik amal adalah amal yang sambung
menyambung dan tidak berhenti ditengah jalan hingga datang saat kematian.
Hadirin rahimakumullah,
Pada akhir bulan Ramadhan ini juga ada kewajiban besar yang harus
diperhatikan oleh kita semua, yaitu kewajiban mengeluarkan zakat fitrah. Zakat ini
berupa makanan pokok sebanyak satu sha’ atau sekitar tiga kilogram, diberikan
kepada yang berhak menerimanya sebelum shalat ‘ied dilaksanakan. Disebutkan dalam hadits dari Abu Sa’id
al-Khudri radhiyallahu ‘anhu :
كُنَّا
نُخْرِجُ إِذْ كَانَ فِينَا رَسُولُ اللهِ صل الله عليه وسلم زَكَاةَ الْفِطْرِ
عَنْ كُلِّ صَغِيرٍ وَكَبِيرٍ، حُرٍّ أَوْ مَمْلُوكٍ، صَاعًا مِنْ طَعَامٍ …
“Dahulu di saat Rasulullah bersama kami, kami mengeluarkan zakat fitrah
atas anak kecil maupun orang dewasa, baik yang merdeka maupun budak, sejumlah
satu sha’ dari makanan (pokok).” (HR. Muslim)
Hadirin
rahimakumullah
Kita mungkin tidak sehebat dan sebaik para sahabat –
sahabat Nabi yang selalu bersedih dan
menangis dikala bulan suci Ramadan berakhir, namun selayaknya kita pun patut takut
sebab tak ada jaminan , apakah amal ibadah kita
selama 23 hari ini diterima oleh Allah. Begitu pula tak ada jaminan pula,
apakah kita bisa dipertemukan dengan
Ramadhan tahun depan. Untuk itu di akhir Ramadhan ini ,mari kita memperbaiki
diri dan meningkatkan amal ibadah kita serta berdo’a dengan sungguh – sungguh
kepada Allah SWT, Semoga kita semua termasuk orang - orang yang amal ibadah selama bulan Ramadhan ini , diterima
sebagai amalan sholihan maqbulan dan mendapatkan keberkahan lailatul qodar,
amin, amin ya rabbal alamin
اقــول قـولي هذا واســتغـفـرالله لي ولكم
ولجميـع المســلمين والمســلمات انه هــو الـغـفـور الـرحيـم
Written : H. Abdullah Najib